Map Miqat |
Pengertian Miqat Haji Dan Umroh
Sewaktu memasuki Tanah Suci semua jama’ah harus berpakaian dan mulai mengucapkan talbiyah. Miqat yang dimulai dengan pemakaian pakaian ihram harus dilakukan sebelum melintasi batas – batas miqat.
Ada beberapa macam macam miqat. Miqat dibedakan atas dua macam yaitu ; Miqat Zamani (batas waktu) dan Miqat Makani (batas letak tanah).
1. Pengertian Miqat Zamani
Al-Quran menyebutkan tentang kapan waktu pelaksanaan ibadah haji, "Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang bulan sabit. Katakanlah itu adalah (petunjuk) waktu bagi manusia dan (ibadah) haji dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah yang dari atasnya, tetapi kebajikan itu adalah (kebajikan) orang yang bertakwa. Masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung." (Q.S Al Baqarah ayat 189).
2. Pengertian Miqat Makani
Dalam sebuah hadist Ibnu Abbas ra berkata “Bahwa Nabi SAW telah menentukan tempat permulaan ihram bagi penduduk Madinah di Dzulhulifah, bagi penduduk Syam di Juhfah, bagi penduduk Nejed di Qarnul Manazil dan bagi penduduk Yaman di Yalamlam”.
Dan beliau pun bersabda, “Tempat-tempat itulah untuk (penduduk) mereka masing-masing dan untuk orang-orang yang datang di tempat-tempat tadi yang bermaksud hendak mengerjakan ibadah haji dan umrah. Adapun orang-orang yang tinggal (di dalam daerah miqat), maka dia (berihram) dari tempatnya sehingga orang Makkah pun supaya memulai ihramnya dari Makkah pula.”
Mawaaqit (Tempat-tempat Miqat)
1. Syam miqatnya di Rabigh (sebelumnya Juhfah)
Juhfah menjadi miqat untuk penduduk Syam (wilayah Suriah dan sekitarnya). Juhfah merupakan padang tak berpenghuni di dekat Rabigh. Berihram dari Rabigh dapat dikatakn berihram di miqat karena letaknya sebelum Juhfah. Karena desa Juhfah kini tidak ada lagi, maka ditetapkanlah Rabigh sebagai miqat bagi orang yang tinggal di Suriah dan sekitarnya.
2. Madinah miqatnya di Birr Ali (dulu disebut Dzul Hulaifa)
Bagi penduduk Madinah, Rasulullah menetapkan Dzul Hulaifah yang kini disebut dengan Abyar Ali atau Birr Ali. Abyaar adalah bentuk jamak dari Birr dalam bahasa Arab.
Para jamaah haji dan umroh yang melakukan perjalanan dari Jeddah ke Madinah lalu menuju Makkah, akan mengambil miqat dan niat ihram di Birr Ali ini, dan disini juga menjadi tempat miqat jamaah haji Indonesia.
3. Miqat Dzatu Irqin
4. Nejed miqatnya di As-Sail (dulu disebut Qarnul Manazil)
Bagi penduduk Nejed, miqatnya berada di Qarnul Manazil yang sekarang disebut sebagai as-Sail. As-Sail terletak sekitar 94 km di sebelah timur Makkah atau kira-kira 220 km dari Bandar Udara King Abdul Aziz di Jeddah.
5. Yaman miqatnya di Yalamlam
Penduduk Yaman ditetapkan miqatnya berada di Yalamlam yang berjarak sekitar 93 km dari Makkah. Masjid ini menjadi tempat miqat bagi jamaah haji dan umroh yang datang dari arah Yaman dan selatan Makkah.
Petunjuk Miqat
Para jamaah yang ingin menunaikan ibadah haji ataupun umroh dengan tujuan Makkah, berkewajiban berihram dari miqat-miqat tersebut.
Bahkan pula disyariatkan kepada jamaah yang menempuh perjalananannya melalui udara dan laut untuk bersuci terlebih dahulu sebelum menaiki kedua kendaraan transportasi tersebut.
Setelah mendekati daerah miqat, darimanapun daerah mereka berasal, para jamaah wajib berihram (mengenakan pakaian ihram) lalu berniat umroh atau haji sambil membaca kalimat talbiyah.
Yang penting untuk diperhatikan adalah, apabila jamaah lupa untuk mengenakan pakaian ihram di lokasi miqat yang telah ditetapkan dan berangkat ke Makkah, maka jamaah yang bersangkutan harus membayar "dam" atau denda yang telah ditentukan.
Bila kedatangan ke Makkah untuk tujuan berniaga atau bekerja, maka orang tersebut tidak diwajibkan untuk memakai pakaian ihram. Hal tersebut sesuai yang disebutkan oleh Rasulullah dalam hadistnya, “ Miqat-miqat itu untuk penduduk-penduduk wilayah itu, juga untuk penduduk daerah lain yang hendak haji atau umrah yang melintasi miqat-miqat itu”.
Rasulullah pun ketika datang ke Makkah pada saat pembebasan kota Makkah tidak mengenakan pakaian ihram karena memang tidak sedang melaksanakan haji atau umroh. Bahkan sebuah riwayat menyebutkan beliau mengenakan serban yang dililitkan pada topi baja.
Demikian sedikit pengetahuan tentang batas miqat agar dapat diambil hikmahnya, agar kita tetap ingat untuk mulai mengenakan ihram menjelang kedatangan di daerah ihram dan terhindar dari "dam" atau membayar denda.